Oleh Siti Nurrohmah
Masih teringat bagaimana Jepang pasca gempuran sekutu pada Perang Dunia II, jumlah guru yang tersisalah yang ditanyakan oleh Kaisar Hirohito. Presiden pertama kita, Soekarno, juga pernah menyatakan bahwa “guru bukanlah penghias alam, tetapi pembentuk manusia”. Dari sentuhan tangan guru, terbentuklah manusia-manusia hebat yang kelak menjadi presiden, dokter, businessman, ilmuwan, dan profesi penting lainnya. Dengan sentuhannya pula, muncullah generasi yang cerdas, shalih, dan terampil dalam menjalani kehidupannya. Sungguh penting peran guru dalam mencerdaskan kehidupan bangsa ini.
Namun, guru yang bagaimanakah yang dapat melahirkan insan-insan tersebut? Yaitu guru yang menghidupkan dengan betul dan mendayagunakan unsur raga, pikiran, dan hati yang telah dikaruniakan Tuhan dan mengintegrasikannya dalam rangka menjadi guru yang profesional dan berkarakter. Unsur raga mencerminkan penampilan yang bersih, sehat, disiplin, sportif, dan gigih. Kehadiran guru secara nyata dalam pembelajaran sangat penting untuk memberikan keteladanan kepada siswa, tentunya keteladanan perilaku berkarakter positif dan kuat. Adanya e-learning hendaknya tidak menggantikan kehadiran guru, namun hanya sebagai sarana memudahkan belajar.
Unsur pikiran dihadirkan dalam bentuk kecerdasan intelektual yang unggul dalam bidang keahliannya. Dalam pembelajaran, guru hendaknya melakukan transferring of knowledge dengan baik berbekal kompetensinya sebagai guru sehingga mampu mengantarkan siswanya meraih prestasi tinggi. Selain itu, juga diperlukan sikap analitis, kreatif, terbuka terhadap wawasan multidisiplin, berorientasi iptek, positive thinking, dan produktif. Guru dengan niat yang benar tidak pernah berhenti belajar, menyadari bahwa dunia pendidikan selalu berubah, bersiap menghadapi perkembangan zaman, dan tidak mau hanya berjalan di tempat yang akhirnya akan digilas zaman. Guru yang cerdas harus bisa mencerdaskan siswanya karena di masa depan siswa akan menghadapi persaingan yang lebih ketat.
Sedangkan olah hati untuk mencerminkan perilaku berkarakter, yaitu beriman dan bertakwa, jujur, amanah, adil, dan bertanggung jawab. Karakter berhubungan erat dengan akhlak, sedang akhlak berasal dari hati. Karakter positif tidak bisa dibuat-buat, namun bisa dibiasakan sehingga karakter tersebut terinternalisasi dalam diri. Kecerdasan emosional guru dalam bentuk sifat sabar, ramah, menghargai, peduli, menolong, dan mengutamakan kepentingan umum sangat dibutuhkan. Sedang sifat penakut, merasa kalah, pemalas, iri, sombong, serakah, harus dibuang jauh-jauh agar proses transferring of value berhasil dengan baik.
Sekali lagi, guru adalah orang dewasa yang secara sadar bertanggung jawab dalam mendidik, mengajar, dan membimbing peserta didik. Perlu ditekankan bahwa guru sebagai orang dewasa haruslah bersikap dewasa karena tutur kata dan perilakunya digugu lan ditiru oleh siswanya. Figur teladan kehidupan itulah yang hendaknya dipegang teguh dan menjadi pengingat dalam setiap langkah guru. Buat apa RPP berkarakter jika guru belum mencerminkan perilaku berkarakter. Guru yang berkarakter tidak sering telat masuk kelas, tidak melakukan kekerasan karena siswa melakukan kesalahan, senantiasa memberi nasihat baik, dan senantiasa memberi keteladanan lewat perkataan yang selaras dengan perbuatan. Ing ngarsa sung tuladha, ing madya mangun karsa, tut wuri handayani. Dalam pembelajaran, hadirkan segenap pikiran untuk mewujudkan generasi yang cerdas serta keteduhan hati dan keteladanan untuk mewujudkan generasi yang berkarakter positif dan kuat.
No comments:
Post a Comment